Cerpen Orang Tua Rindu Anaknya (bag. 1 dari 3) | Keringat Cinta Tua

22-03-2021

Cerpen Orang Tua Rindu Anaknya (bagian 1 dari 3) | Keringat Cinta Tua

“Mau ke mana?” Ibu melihat Saeful berjalan membawa tas ke luar.

Saeful berhenti sebelum sampai pintu, berbalik badan menjawab, “Mau melukis, Bu…”

Ibu gelengkan kepala, “Lukis terus, mau jadi apa?” Ibu geram.

Tubuh Saeful seperti terpaku, diam. Tidak beranjak. Saeful kemudian menunggu lagi ibu bicara, tapi juga tak keluar. Saeful berbalik terus berjalan ke luar. 

Begitulah Saeful Jalal. Anak Desa Alassumur, Pujer, Bondowoso. Sudah lulus SMA, tapi belum bisa memberi ibu uang. Sudah bekerja pagi siang sore malam, melukis. Usianya 19 tahun. Setiap hari kerjaannya ke tengah sawah, duduk di gubuk kecil bersama semilir angin.

Memandangi sawah, hanya dengan pensil dan buku gambar ukuran A4 tangannya menari-nari. Seketika ia merasa sedang hidup. Seperti gitaris yang sedang memainkan melodi di panggung.

Entah sudah berapa gambar ia buat sejak SMP, tapi tak ada satupun yang jadi rupiah. Sudah ia tawarkan, tidak ada yang mau beli. Ini desa, lukisan tak ubahnya hanya sebagai gambar biasa. Uang lebih baik dibelikan nasi atau lauk. 

Padahal meskipun dengan pensil, lukisan Saeful beraliran romantisme. Aliran yang menampilkan dengan indah dan fantastik. Terkadang melukiskan suatu yang bersifat romantika seperti tragedi, atau berlatas pemandangan alam. 

Kali ini ia melukis petani tua dengan istrinya yang setia menemani. Satu dengan cangkul, yang satu dengan sabit membuka topi camping. Latarnya hamparan sawah luas. Ia meyakini lukisannya bernilai tinggi. Tapi tidak ada yang mengerti. 

Ia lukis berjam-jam. Kadang tangannya mengusap kertas yang sudah digoreskan pensil. Memberikan efek halus yang begitu artistik. Saeful gelengkan kepalanya sendiri. 

Jika dirasa sudah sempurna, ia berikan judul, kali ini karyanya bernama Keringat Cinta Tua, ditulis tanggal 5 September 2000. Ia gulung, dimasukkan ke pipa paralon sisa sumur bapaknya. Agar tidak lecet. Ia bawa pulang. 

Ia ingin sekali menunjukkan kepada orang bahwa ia bisa melukis. Tapi tidak tahu kepada siapa. Pernah ke Pak Joko, orang paling kaya di desa, juragan beras. Dikasih uang dua puluh ribu, “Buat makan siang Ful.”

Saeful kecewa, lukisannya tidak dihargai, hanya ditaruh di meja dan dibiarkan. Bahkan menjadi asbak puntung rokoknya. Sudah banyak orang yang demikian, lukisan tidaklah berharga. Tidak ada yang mengerti. Seperti orang baca Al-Qur’an dengan nada indah tapi di hadapan umat beragama lain. 

Pintu rumah dilewati, ia tidak mengucap salam, tidak ingin ketahuan. Tapi ternyata, “Saeful!” Ibu memanggil, ketahuan juga.

Saeful mendekat, meletakkan paralonnya di pojok rumah. 

“Mana lukisanmu?”

Diambil lukisan di dalam paralon, hati-hati mengeluarkan, itu karya seni besar. Diberikan ke ibu seperti memberikan bendera pusaka, “Ini bu…”

“Keringat cinta tua… Bagus. Tapi kamu tidak dapat uang. Kamu sadar, segeralah bekerja.” Ibu sudah berkali-kali memaki.

“Saeful yakin Bu, satu hari ada yang mengerti karya seni dan menghargai dengan tinggi,” Saeful selalu menyampaikan demikian.

“Kapan? Dari dulu kamu bicaranya selalu seperti itu,” Ibu mengacungkan gulungan lukisan.

Saeful sendiri tidak bisa menjawab. Ia tidak tahu kapan itu akan terjadi. Ia hanya meyakin, kalau menekuni sesuatu jangan pantang menyerah, suatu waktu akan bertemu sendiri jalannya.

Tapi ia sudah lebih sepuluh tahun masih belum bertemu juga jalannya. Sampai kapan? Bersambung ke bagian dua, klik sini. (Cerita ini fiktif, hanya rekaan penulis semata). 

Oleh Ma'mun Affany, penulis dan pengelola panduanterbaik.id

###
Cerpen Orang Tua Rindu Anaknya ini telah dimuat di Majalah Al Falah YDSF. YDSF adalah lembaga amil zakat nasional yang berdiri sejak 1987 dan dipercaya lebih dari 300 ribu donatur rutin tiap bulannya. Anda bisa mendapatkan majalahnya jika tercatat sebagai donatur rutin tiap bulannya. 

Jika Anda ingin berinfaq atau bershadaqoh secara rutin, bisa melalui YDSF via rekening BRI Syariah nomor 77.00.000.000 atau Bank Mandiri Syariah nomor 703.996.999.2, atas nama Yayasan Dana Sosial Al Falah.

Atau hubungi petugas kami di nomor 0811-350-3151 (WhatsApp/SMS).