Kisah Guru di Jember | Mengantar Siswa Mandi di Kali

04-10-2021

Kisah guru di Jember kali ini sangat inspiratif. Fitria Desiana Fatmawati, seorang pendidik di pelosok desa di Jember. Harus naik turun bukit dan pedalaman.

Sepertinya Fitri sangat menikmati suasana itu. Ada yang tidak bisa dibayar oleh uang antara lain kebahagiaan dan ketenangan. Mungkin itu yang diyakini Fitri. 

Kisah Guru di Jember, Tiap Hari Naik Turun Bukit

Fitri begitu saapan akrabnya, sehari-hari mengemban amanah sebagai seorang kepala RA Ar-Raudatul Hayat & pengajar di MI Terpadu Ar Rohman Jalan Kali Manggis Dusun Bangeran, Kecamatan Sukorambi, Jember.

Sejak 2008, Fitri setia mengajar di areal perbukitan ini.  Ia harus berkendara motor roda dua dengan jarak tempuh sekitar 18-20 km. (Baca juga: Kisah 15 Tahun Naik Turun Gunung Jual Kayu Bakar)

Tak Bisa Dijangkau Roda Dua, Harus Jalan Kaki

Tak sampai di situ, ia harus berjalan kaki sepanjang 1-2 km melewati jalan tanah berbatu, licin, dan berkelok-kelok naik turun bukit. (baca juga: Agrowisata Durian di Jember, Potensi Mendunia)

”Kalau lelah itu pasti. Tapi lama-lama ada kenikmatan tersendiri saat memandang wajah-wajah siswa yang penuh semangat,” jelas sosok yang tinggal Jalan Letjen Sutoyo, Sumbersari, Jember ini.

Wilayah Dusun Bangeran ini konon dulu dianggap sebagai wilayah persinggahan perampok serta hasil jarahannya. Maka dari itu, penduduk asli ingin mengubah kondisi itu. Agar anak-anak mereka menjadi orang sukses dan berakhlak baik.

Lalu ada Pak Fadli, penggagas sekolah gratis di pedalaman yang sangat peduli pendidikan. Ia sangat ingin anak-anak Dusun Bangeran bisa bersekolah dan tidak buta huruf. Agar kelak bisa membangun desanya. (Baca juga: Niat Memajukan Kampung Muncar Banyuwangi Hampir Terkabul)

Unik, Mengajar Sambil Membawa Sabun Mandi dan Shampoo

Dari ide inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pembangunan Madrasah Ibtidaiyah yang bernama MI Terpadu Ar Rohman dan RA Ar Raudatul Hayat.

Rata-rata mata pencaharian penduduk setempat adalah deres/sadap getah karet. Mereka harus berangkat dini hari, mulai pukul 02.00 hingga pukul 10.00 WIB.

Ada cerita menarik. ”Saat berangkat sekolah, banyak dari siswa yang masih kusam, belum mandi. Pokok’e budhal. Bagaimana mau mandi, orangtuanya sejak pagi buta sudah di kebun karet? Dari sanalah saya tetap bertahan di sini. Banyak hal yang harus saya lakukan untuk mereka,” tutur ibu tiga anak ini sambil tersenyum.

Ia melanjutkan. “Setiap hari saya membawa sabun mandi, shampoo, dan handuk yang saya simpan di jok motor. Saya ajak mereka ke sungai dan mandi. Airnya sangat jernih dan alami karena asli dari pegunungan,” sambung wanita kelahiran Jember, 28 Desember 1980 ini. (Baca juga: Singkong Jember Jadi Istimewa di Tangan Gania)

Tak Tergiur Gaji Besar, Menampik Tawaran Mengajar  di Tengah Kota

            Jiwa petualang Fitri patut diacungi jempol. Tidak banyak yang seperti ini, yang bertahan lama di tempat terpencil dan sulit. Spirit dakwah dan mendidik Fitri sangat kuat.

Padahal, kalau mau bisa saja Fitri pindah mengajar di pusat kota dengan penghasilan yang lebih besar. “Banyak tawaran yang mengiurkan. Tapi saya kadung suka dengan suasana di sini,” ungkapnya.

Dusun Bangeran memang jauh dari keramaian dan alamnya sangat menyenangkan. Banyak tanaman kopi, buah-buahan, dan sungainya sangat jernih. Jika sudah musimnya, terutama durian para orangtua sering kali membawakan hasil kebunnya Fitri.

“Sebagai tanda terima kasih. Penduduk sini sangat ramah,” tuturnya.

Nyambi Bisnis Kuliner dan Wahana Outbond

            “Di sini kami tidak mengejar prestasi. Tapi menciptakan pembiasaan dan karakter baik. Anak -anak mau ngaji saja saya bersyukur sekali. Prestasi itu bisa nomor sekian. Asal karakter itu baik, kami mengajarkan dengan kurikulum bahagia. Kami mengajarkan yang sesuai dengan keadaan mereka diselipi iptek. Kita tidak mengajarkan apa yang kita inginkan, tapi mengajarkan apa yang mereka butuhkan,” paparnya.

Fitri merupakan sosok yang aktif. Selain mengajar, ia juga juga menggeluti kuliner bertajuk Raffa’s Kitchen. Ia juga punya punya Avengers Outbond, dan aktif sebagai trainer outbond, pamong Saka Bhayangkara Polres Jember dan Koordinator OK OCE Ina Makmur Jember. (Baca juga: Pemuda Bondowoso Merawat Ayah Tunanetra)

Kisah Guru di Jember, Tetap Fokus Pendidikan Anak-anak Sendiri

Tidak hanya sebagai guru, sebagai orangtua pun dia sangat memperhatikan pendidikan putra putrinya. Prestasi demi prestasi juga mereka torehkan. 

Si sulung, Fadhilatus Shoumu Amalia punya prestasi sebagai atlet. Ia menjabat sebagai Ketua UKM Basket Universitas Jember periode 2020, kapten Tim Basket Putri Unej, dan Trainer wasit PBSI Jatim.

Sang adik, Muhammad Ihsan Maulana, juara 1 WGI Filipina Open Marching Band Internasional 2019, juara 1 WGI Indonesia 2018, juara 1 DMORF Jawa dan Bali. Kini ia masih bersekolah di SMAN 2 Jember. Sedangkan si bungsu, Gaishan Raffasya Hadis masih berusia dua tahun.(foto & naskah: okibintan ariani).