Kisah Inspiratif dari Penjual Rujak di Pattimura Jember

05-09-2021

Alfiah (kiri) bersama anak dan suami

Menjalani kehidupan memang suatu perjuangan. Allah menjadikan kehidupan dan kematian semua seleksi. “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun” (QS. Al Mulk 2).

Jatuh bangun Alfiah mengarungi kehidupan bersama tiga anak dan suaminya. Alfi, begitu sapaan akrab Alfiah selain mengurus anak dan suami juga berjualan rujak petis dan aneka cemilan lain di depan rumah kontrakannya.

Sang suami bekerja sebagai sales serabutan, membelanjakan keperluan pesanan tetangga, toko dan pelanggannya semisal lem kertas, korek api, layangan, kapas, tali rafia dan lain sebagainya.

Penghasilan yang tak seberapa dari sang suami, membuat Alfi bertekad untuk membantu suami untuk mencari tambahan penghasilan. Karena  tuntutan ekonomi yang semakin bertambah banyak, bersama dengan tumbuh kembang anak-anaknya. 

Dua Kali Kena PHK 

Perjalanan karir Alfi sebelumnya pernah bekerja sebagai SPG pakaian di Matahari Dept Store, dari 1991 hingga 2004. Dia terkena di PHK pada 2004. Setelah itu dia menggeluti usaha kuliner kecil-kecilan.

Ia mulai berjualan gorengan seperti pisang, pillus, dan ote-ote (jajalan hongkong). Kadang dititipkan di warung-warung, kadang dijual sendiri keliling gang sekitar rumah.

Istri dari Imron Cholili mencoba jual rujak uleg dan rujak petis. Sebenarnya jualannya sempat laris. Bahkan kemudian menu bertambah nasi kuning, lontong sayur. Sayangnya hanya bertahan beberapa bulan saja.

Dan ketika ada lowongan pembukaan pabrik rokok baru di desa Garahan Silo, maka dia tinggalkan usaha itu. Hal ini semata-mata ia lakukan karena sang suami saat itu tidak bekerja. Sehingga modal sebagai sales habis untuk kebutuhan rumah tangga.

Sedang penghasilan dari jual rujak juga harus habis untuk kebutuhan sekolah ketiga anaknya. Tapi tak lama kemudian dia juga terkena PHK untuk kedua kalinya dari pabrik rokok.

“Kami benar -benar mengalami masa yang sangat sulit. Dan saya harus putar otak untuk membantu agar kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak terpenuhi. Jual gorengan dengan laba yang tak seberapa harus dicukup-cukupkan. Agak lama juga suami tidak bekerja saat itu. Tak bisa keliling sales lagi karena tak ada modal,” ucapnya lirih. 

Saat ditemui tim YDSF, Alfi menerangkan juga sekolah putra-putrinya. Yang sulung, Al Vimna Rosi Ayu Puspitasari Cholili (lahir 2002), SMK Negeri 3 jurusan Desain Fashion kelas XII. Anak kedua, Al Vimna Intan Anggraini Nur Firdausi Cholili (lahir 2005), SMP Negeri 7 kelas 9 dan tahun ini pula harus masuk SMA/SMK. Yang ketiga, Abdillah Zakaria (lahir 2015). 

Yang membuat terenyuh saat anak-anak bertanya,”Mama sudah makan?” Ia harus berbohong dengan menjawab sudah atau masih kenyang. Hal itu ia lakukan agar mereka semua tetap bisa makan. Alfi kembali jualan gorengan dan rujak dengan modal seadanya.

Dalam keadaan yang demikian dia tetap bersyukur kepada Allah. Karena hari itu masih ada rezeki yang Allah kirim untuk keluarganya. “Saya bersyukur kepada Allah, karena masih ada rezeki untuk keluarga saya, hari ini gorengan habis, atau kadang ada tetangga yang baik mengirimi sayur atau sembako untuk keluarga saya,” tuturnya.

Usaha Sang Suami Terkendala Kendaraan 

Tapi Alfi pantang untuk meminta-minta. “Lebih baik saya bekerja. Kadang ada tetangga yang meminta jasa untuk membuatkan sayur, serundeng, cemilan atau meminta datang kerumahnya untuk membantu memasak. Sedangkan suami kadang tetap keliling sales dengan numpang sepeda motor temannya,” katanya.

Belakangan ini memang sepeda motor tua milik suaminya sering rusak. Tak pelak, ia kadang tak bisa keliling. Jika ada tumpangan, baru bisa keliling lagi.

Dan setiap Ramadhan Alfi tidak membuka lapak rujaknya. Karena kalau bulan puasa orang jarang jajan membeli rujak waktu malam hari. Lagi-lagi ada kendala pendapatan.  Sehingga hanya mengandalkan usaha suami sebagai sales freelance

Tapi saat laporan ini ditulis motor Imron tidak bisa digunakan karena bannya bocor dan motor sudah tua. Karena motor rusak maka tiap hari dia nebeng motor rekannya. Imron sadar sebagai kepala rumah tangga harus bertanggung jawab untuk memberikan nafkah terbaiknya.

Karena memang himpitan ekonomi, Imron belum bisa membayar uang kontrakan tahun lalu. Dan tahun ini pun dia juga belum bisa membayarnya dan kontrakan rumahnya akan berakhir per Desembar 2021.

Keduanya tetap bahu-membahu. Mereka tak pernah henti memohon kepada Allah diberi kesehatan agar bisa bekerja dan bersama mendidik putra putri mereka. (foto & naskah: Okibintan Ariani)

Salurkan donasi terbaik Anda ke rekening:

BSI no. 703.996.999.2

(Kode bank 451)

Atas nama Yayasan Dana Sosial Al Falah