Inspirasi kita kali ini adalah Wakil Bupati Bondowoso periode 2018-2023. Pak Irwan begitu ia biasa disapa. Tim YDSF Kantor Kas Bondowoso berkesempatan berbincang dengan Wabup kelahiran 1967 ini.
Pak Irwan memulai obrolan dari kisahnya di masa kecil. Ia menuturkan bahwa ia anak tunggal. Di masyarakat, kita sering mendengar anak tunggal itu identik selalu dimanja dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Bisa bermain bebas tanpa Batasan tertentu.
Tapi Irwan menuturkan hal itu tidak berlaku pada dirinya. Sejak masuk SMP Irwan tidak bebas main seperti anak-anak seusianya. Karena harus menyelesaikan tugas-tugas rumah. (Baca juga: YDSF Ringankan Beban Tiga Siswa SMK Bondowoso Dengan Beasiswa)
“Dulu, sebelum main harus selesaikan tugas rumah menyapu halaman, mencuci dan kadang kadang juga memasak dan menyetrika baju,” tuturnya.
Sejak SMP Sudah Jualan
Walau hatinya sedikit berontak tetapi semua diselesaikan secara bertanggung jawab. Ibunya berjualan kue yang dititipkan ke warung-warung dan ayahnya kerja serabutan termasuk biro jasa perpajakan.
Irwan bercerita sejak SMP sudah berusaha cari uang sendiri. “Dulu saya SMP masih boleh jualan petasan kecil-kecil. Saya buat sendiri dan dititipkan ke warung. Dulu belum ada larangan untuk bermain petasan,” katanya sambil tersenyum.
Irwan lahir di Bondowoso, 15 Juni 1967. Ia menempuh jenjang dasar di SD Indra Siswa (1974-1980), lalu SMPN 1 Bondowoso (1981 -1983) dan SMA PGRI 2 (1983-1986) Bondowoso.
Begitu Allah memberikan kesempatan kuliah kepada, maka kesempatan ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Syukurlah 3,5 tahun ia merampungkan perkuliahan dan di tahun ke-4 lulus sebagai sarjana akuntansi. “Bisa kuliah itu seperti bermimpi karena orangtua sebanarnya tidak ada biaya,” ungkapnya.
Irwan mengambil jurusan Akuntansi di Universitas Gajayana Malang (1986-1990). Begitu lulus, Irwan langsung bekerja di konsultan perpajakan karena ayahnya juga membuka biro perpajakan. Sehingga Irwan banyak belajar dari ayahnya untuk konsultan perpajakan.
Irwan pun melanjutkan pendidikannya untuk program pascasarjana di Universitas Wijawa putra (2007-2008 ). (Baca juga: Keistimewaan Satu di Antara Tiga Professor Bersaudara Asal Bondowoso)
Meneruskan Usaha Ortu
Setelah ayahnya tiada, mau tidak mau Irwan harus meneruskan usaha orangtuanya itu. “Pengalaman sangat minim sebenarnya. Tapi bismillah bisa,” tuturnya mengenang.
Dalam perjalannanya, ia merasakan pengalaman melakukan mengaudit sejumlah perusahaan besar. “Pernah juga audit perusahaan asing dan alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan,” ungkapnya.
Kemudian, Irwan mengembangkan usaha ekspor mebel ke Jerman dan Belanda. Syukurlah, bisnis ini juga tumbuh dari waktu ke waktu.
Di sinilah lalu Irwan mulai terlibat kegiatan sosial, menyisihkan keuntungan untuk disisihkan untuk masyarakat yang kurang mampu untuk biaya ke RS dan biaya pendidikan anak-anak keluarga dhuafa.
Sejak 1990 mulai terjun ke dunia politik, mulai dari kader di bawah hingga ketua DPC Bondowoso. “Tujuan masuk ke dunia politik adalah agar bisa lebih fokus membantu rakyat miskin. Itu tujuan utama,” tegasnya.
Irwan selalu ingat pesan ibunya agar tetap konsisten dengan tujuan semula terjun dipolitik yaitu membantu rakyat miskin dan mensejahterakan masyarakat Bondowoso.
Pesan ibunya itu yang selalu ada di benaknya adalah agar konsisten untuk membantu masyarakat miskin dan tidak korupsi. “Supaya anak-anak dan keluarga saya tidak memakan uang haram,” pungkasnya.
Kalau punya penghasilan, tidak lupa menyisihkan rezeki untuk yang membutuhkan terutama untuk kaum dhuafa dan yatim. “Karena kita berhasil dan sukses bukan karena kita kuat tetapi di sini ada kekuatan Allah yang menuntun dan melindungi kita,” ucapnya.
“Kita memegang amanah bukan soal takut pada pengadilan masyarakat tetapi karena takut pada Allah, sebab pertanggungan jawabpan kepada Allah yang sangat berat,” ucapnya.
Rintis Gerakan Tape Manis atau Tanggap Peduli Warga Miskin
Irwan menegaskan karena sangat peduli pada masyarakat miskin maka Irwan membuat banyak program yang tujuannya untuk mensejahterakan Bondowoso. Salah satunya adalah Gerakan Tanggap Peduli Masyarakat miskin atau yang dikenal dengan singkatan Tape Manis.
Dengan Tape Manis ini, dana yang ada bisa digunakan untuk memberikan pelayanan dan menanggulangi kemiskinan di Bondowoso. Sehingga sesuai dengan motonya: Bondowoso Melesat.
Harapannya ingin masyarakat Bondowoso segera melesat sehingga hidup sejahtera. “Karena masih banyak masyarakat Bondowoso yang miskin,” ungkapnya. (Baca juga: Ternak Sapi Untuk Mbah Samad, Penderita Tumor Di Bondowoso)
Irwan akan sangat mendukung jika ada program sosial baik dari komunitas ataupun lembaga seperti YDSF.
“Apalagi jika lembaga itu sudah berbadan hukum dan sudah banyak berperan untuk membantu masyarakat yang di pelosok, yang kadang sulit terjangkau oleh pemerintah,” pungkasnya saat ditemui di ruang Wisma Wakil Bupati Jalan A. Yani.(Foto dan naskah: Indah, YDSF Kantor Kas Bondowoso).