Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menyebar hingga ke 200 negara. Banyak negara memberlakukan darurat sipil dan penguncian diri (lockdown). Hingga akhir Maret 2020 jumlah kasus mencapai 529.614, dengan angka kematian 23.976 dan jumlah pasien yang sembuh 123.380 orang (kompas.com, 27/3/2020).
Selama lockdown, gerak warga dibatasi. Boleh keluar rumah jika untuk beli bahan makanan, atau ke mesin ATM, apotek, dokter/RS atau olahraga ringan di sekitar rumah. Siapa yang keluar rumah tanpa alasan yang kuat, bisa kena denda berat. Kerja dilakukan di rumah. Sekolah juga demikian. Shalat Jumat ditiadakan, ganti shalat Duhur di rumah.
Gerak kehidupan seperti (dipaksa) berhenti. Sektor ekonomi melambat. Banyak yang kesulitan. Sebagai mukmin, menyikapi situasi seperti ini tak lain dengan mengacu pada pesan-pesan di Al Quran dan nubuwwah. Umat-umat terdahulu pun pernah mengalami keadaan lockdown seperti ini. Mari kita baca ringkasan kisahnya dan ambil hikmahnya.
Tiga Orang Terjebak di Gua & Cara Mereka Berdoa
Nabi Muhammad saw. mengabarkan kisah tiga orang yang terjebak di gua. Kisah ini bisa dibaca di Riyadhush Shalihin karya Imam Nawawi bab Keikhlasan. Ada tiga pria pada zaman dahulu yang berpergian. Dan terpaksa bermalam di gua. Tiba-tiba jatuhlah batu besar dan menutup gua. Lantas, salah satunya berkata tidak ada yang dapat menyelamatkan melainkan jikalau mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal shalihnya dalam doanya.
Yang pertama menuturkan, "Ya Allah, saya punya dua orang tua yang sepuh dan saya tidak pernah memberi minum susu siapapun sebelum mereka. Suatu hari saya pulang agak larut dan keduanya tertidur.”
“Lalu saya memerah susu. Saya tak tega membangunkan mereka. Saya tetap menunggu dan gelas itu tetap di tangan saya. Padahal anak-anakku menangis karena kelaparan dan meminta susu itu. Saya tetap menunggu. Setelah keduanya bangun lalu mereka minum. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran kami ini."
Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, tetapi mereka belum dapat keluar. Yang kedua menceritakan, "Ya Allah, saya mengenal seorang wanita, dia anak pamanku (sepupu). Besar cintaku padanya, tetapi ia menolakku. Suatu saat, ia meminta bantuanku. Muncullah niat jahatku. Saya bisa memberinya 120 dinar dengan syarat ia menyerahkan tubuhnya. Ia mau meski berat hati.”
“Ketika saya sudah duduk di antara pahanya, ia berkata, ‘Takutlah engkau pada Allah dan jangan membuka cincinku (keperawanan, Red.) melainkan dengan haknya (menikah).’ Saya pun kaget seraya meninggalkannya dan membiarkan dia membawa dinar itu.”
“Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian dengan niat untuk mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran ini." Batu besar itu kemudian membuka lagi, hanya saja belum cukup lebar.
Orang yang ketiga mengatakan, "Ya Allah, saya mengupah beberapa buruh dan semuanya telah kuberikan upahnya, kecuali satu orang. Ia meninggalkan upahnya dan pergi. Upahnya itu lalu saya kembangkan sehingga bertambah banyak.” Setelah beberapa tahun, ia datang dan berkata, “Hai hamba Allah, tunaikan upahku yang dulu itu.” Saya berkata, “Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu. Unta yang banyak ini juga lembu, kambing dan juga hamba sahaya.” Ia tak percaya dan berkata, “Hai hamba Allah, janganlah engkau mempermainkan aku.” Saya jawab, “Saya tidak mempermainkanmu.” Dia pun akhirnya percaya dan mengambil semuanya itu.
Orang ketiga berdoa, “Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kita dari kesukaran ini." Batu besar itu lalu membuka lagi dan mereka pun keluar (muttafaq 'alaih, http://syarahriyadhusshalihin.blogspot.com/2012/05/bab-1-keikhlasan-dan-menghadirkan-niat.html).
Nabi Yunus di Perut Ikan & Zikir Yang Dibaca
Nabi Yunus bin Matta termasuk orang yang shalih. Ia telah mengajak kaumnya menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Sekian lama, di antara kaumnya itu hanya dua orang yang mau mengikutinya.
Nabi Yunus pun sangat kecewa. Lantas Nabi Yunus meninggalkan kaumnya dan menumpangi kapal. Lalu kapal oleng diterjang ombak. Undian siapa harus terlempar di lautan. Setelah tiga kali diundi, selalu nama Nabi Yunus yang keluar.
Ketika terlempar, Allah memerintahkan ikan besar menelannya. Nabi Yunus terkurung di perut sekian lama. Dalam gelapnya perut ikan, gelapnya lautan dan gelapnya malam.
Selama terkurung, Nabi Yunus bertasbih seraya menyesal. “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Laa Ilaha illa Anta, subhaanaka, inni kuntu minadz dzolimin Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim,” (QS. Al Anbiya 87).
Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa (doa Nabi Yunus ini) dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya” (HR. Tirmidzi no. 3505).
Tiga Tahun Pembokoitan Bani Hasyim & Para Tokoh Yang Simpati
Kaum kafir Quraisy hampir kehabisan cara menghalangi dakwah. Lalu mereka bersekongkol untuk memboikot Nabi saw. dan keluarga Nabi (Bani Hasyim & Bani Abdul Muthalib). Mereka bersepakat untuk tidak: berjual beli, berkunjung, bertemu, berbicara, memberi sesuatu, menikah, dan lainnya.
Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun, sejak tahun ke-7 kenabian. Mereka menggantungkan akta perjanjian ini di dinding Kabah. Mereka akan membatalkannya jika ada yang menyerahkan Nabi untuk dibunuh atau menghentikan dakwah.
Pemboikotan semakin diperketat sehingga stok makanan habis. Sementara kaum musyrikin tidak membiarkan makanan apapun masuk ke Mekkah atau dijual kecuali mereka segera memborongnya semua.
Ini membuat Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib semakin memprihatinkan. Mereka terpaksa memakan dedaunan dan kulit-kulit ternak. Jeritan wanita dan tangis bayi-bayi mengerang kelaparan. Tidak ada yang sampai ke tangan mereka kecuali secara sembunyi-sembunyi.
Setelah lamanya tiga tahun, bebarapa tokoh Quraisy pun merasa iba dan ingin merobek perjanjian itu. Di antaranya Hisyam bin ‘Amr bin Harits, Zuhair bin Abu Umayyah, Muth’im bin ‘Adi, dan Zam’ah bin Aswad, serta Abul-Bahtari bin Hisyam bin Harits. Mereka memiliki hubungan kekeluargaan dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
Ketika hendak dirobek, ternyata rayap-rayap telah memakan kertas itu kecuali bagian tulisan bismikallah (dengan namaMu ya Allah) & kata Allah. Lalu disobeklah akta itu sehingga Rasulullah dan yang lain dapat leluasa keluar.
Foto-foto: pixabay.com | inet