Sifat dasar manusia adalah lupa dan salah. Namun manusia yang paling baik adalah yang mau memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan.
Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak Adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat” (HR. Tirmidzi).
Manusia kerap membuat kesalahan. Baik bersalah pada diri sendiri, di hadapan orang lain maupun bersalah di hadapan Tuhan.
Bisa jadi kesalahan-kesalahanan itu justru mendekatkan diri kita kepada sukses. Thomas Alva Edison misalnya.
Kekhilafan Yang Mengantarkan Pada Hikmah
Thomas Alva Edison melakukan lebih dari 9.000 percobaan sebelum akhirnya menemukan bola lampu pijar. Bahkan pada saat menemukan bola lampu pijar, dirinya mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali.
Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan bola lampu pijar yang benar-benar menyala terang.
Salah satu kalimatnya yang terkenal, “Saya tidak mengalami kegagalan sama sekali. Saya hanya menemukan 10.000 cara yang ternyata tidak tepat.”
Banyak orang merasa jalan hidupnya jauh dari Tuhan. Banyak berbuat menyimpang. Namun, tak ada yang menghalanginya untuk bertobat.
Karena sesungguhnya ampunan Allah itu sangat besar. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman, “Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula” (HR. Tirmidzi).
(Baca juga: Tujuan Hidup Menurut Islam)
Awalnya Silau Dengan Duniawi
Dalam sejarah, terdapat sejumlah kisah pertobatan yang mengharukan. Kisah para tukang sihir suruhan Firaun salah satunya.
Zaman dahulu, raja selalu dikelilingi para orang berilmu. Ada yang punya ilmu sihir, ada ilmu nujum (peramal/tafsir mimpi), ada ilmu perang, pertanian, dan arsitektur. Mereka ini dekat dengan raja agar mendapat jabatan dan fasilitas kerajaan.
Ketika Nabi Musa menemui Firaun sambil mengajak Firaun untuk beriman. Bukannya mau tunduk kepada Tuhan, Firaun malah menantang Nabi Musa dengan ilmu sihir.
Firaun memanggil para ahli sihirnya. Lalu para tukang sihir adu kehebatan dengan Nabi Musa.
Mereka berkata kepada Musa, “Kau yang melempar dahulu atau kami?”
“Kalian lemparlah dahulu.”
Maka, para ahli sihir itu melemparkan tali temali di hadapan Musa. Maka, tali-tali itu menjadi seolah-olah ular yang banyak. Nabi Musa pun takut.
(Baca juga: Cerita Cinta Tulus dalam AlQuran)
Tobat Tanpa Tapi, Tanpa Nanti
Lalu Allah memerintahkan Nabi Musa melemparkan tongkat yang selama ini digunakan untuk menggembalakan ternak. Seketika itu tongkat itu menjadi ular sungguhan. Ular besar itu memakan habis ular-ular kecil tadi.
Melihat mukjizat itu, para ahli sihir itu langsung tersadar. Mereka pun tunduk dan bersujud. Nabi Musa dan Firaun menyaksikan hal itu. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, yaitu Tuhan Musa dan Harun” (QS. 120-122).
Ahli sihir itu paham bahwa ular besar itu itu bukan sihir. Itu adalah mukjizat dari Tuhan. Sihir yang mereka gunakan tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Karena itu mereka langsung bertobat dan mengimani Nabi Musa.
Ahli-ahli sihir bukan kutu loncat yang berpindah loyalitas seenaknya. Mereka sangat memahami ilmu.
Ahli sihir itu tidak takut dengan Firaun. Meskipun Firaun mengancam akan menyiksa mereka. “Sungguh, aku akan memotong tangan dan kakimu secara bersilang, sungguh aku akan menyalib kamu semuanya” (QS. Al A’raf 124).
Ahli-ahli sihir itu tak lagi pedulikan ancaman Firaun. Mereka juga tidak silau dengan fasilitas kerajaan. Mereka paham bahwa jika mereka beriman mereka akan masuk surga jika nantinya akhirnya terbunuh akibat siksaan Firaun.
Mereka berkata, “Kami tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami, dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya memutuskan di dunia ini saja” (QS. Thaha 72).
Mereka menyahut, “Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami akan kembali. Dan kamu tidak mampu menyalahkan kami melainkan kami telah beriman kepada Tuhan kami ketika tanda-tanda itu telah datang.”
“(Mereka berdoa), rabbbanaa afrig alaina shobro wa tawaffanaa muslimin ‘Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan wafatkanlah kami berserta orang-orang yang berserah diri’” (QS. Al A’raf 125-126).
Begitulah kisah pertobatan yang mengharukan para tukang sihir Firaun. Tanpa menunda sedikitpun dan tanpa takut risiko.
(Baca juga: Amalan Agar Terhindar Dari Hutang)
Pertobatan Wanita yang Tulus
Ada pula kisah wanita di masa nabi yang mengaku telah berzina. Ada seorang wanita dari Juhainah datang menghadap kepada Nabi saw, padahal dia sedang hamil akibat melakukan zina.
Wanita itu berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah melanggar hukum, oleh karena itu tegakkanlah hukuman itu atasku."
Lalu Nabi Allah memanggil wali perempuan itu dan bersabda kepadanya: "Rawatlah wanita ini sebaik-baiknya, apabila dia telah melahirkan, bawalah dia ke hadapanku." Lalu walinya melakukan pesan tersebut. setelah itu Nabi saw. memerintahkan untuk merajam wanita tersebut, maka pakaian wanita tersebut dirapikan (agar auratnya tidak terbuka saat dirajam).
Kemudian beliau perintahkan agar ia dirajam. Setelah dirajam, Nabi menshalatkan jenazahnya, namun hal itu menjadkan Umar bertanya, "Wahai Nabi Allah, perlukah dia dishalatkan? Bukankah dia telah berzina?"
Nabi menjawab: "Sungguh, dia telah bertobat kalau sekiranya tobatnya dibagi-bagikan kepada 70 penduduk Madinah, pasti tobatnya akan mencukupi mereka semua. Adakah tobat yang lebih utama daripada menyerahkan nyawa kepada Allah Ta'ala secara ikhlas?" (HR. Muslim).
|(Baca juga: Inspirasi dari Rumah Tahfidz di Puger Yang Berkembang Pesat)
Foto: pixabay