Penampilannya yang kalem, selalu tersenyum dan sikapnya yang santun ketika berbicara dengan orang lain menjadikan Soni berbeda dengan teman-temannya. Soni Guntur Aripin adalah mahasiswa tahfidz penerima beasiswa dari YDSF itu menerawang ketika kami bertanya tentang keluarganya. Saat ini, Soni sedang menempuh pendidikan di Universitas Abdurachman Saleh, Situbondo, Jawa Timur.
Ayahnya adalah seorang nelayan Muncar, Banyuwangi. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarganya setiap hari tidak menentu. Jika sedang beruntung, sang ayah bisa mendapatkan 200 ribu sekali melaut. Tapi sering juga hanya mendapatkan uang 20 ribu saja.
Melihat kondisi keluarga itu, Soni bertekad untuk mengangkat derajat keluarga dengan meraih pendidikan yang tinggi. Tetapi kondisi keluarga Soni tidak memungkinkan untuk melanjutkan kuliah.
Satu-satunya cara adalah dengan mencari beasiswa. Anak ketiga dari 4 bersaudara itu mendapatkan info dari temannya bahwa ada sebuah pondok pesantren yang tidak perlu membayar dan berlokasi di Situbondo.
Mereka belajar dan semua kebutuhan belajar serta makan ditanggung oleh pondok pesantren tersebut. Pondok pesantren itu juga panti asuhan namanya Daarul Aitam, Logandeng Timur, Talkandang, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Pada 2019 lalu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Abdurrahman Saleh Situbondo menjalin kerja sama dengan YDSF. Khusus untuk Jurusan Pendidikan Guru SD (PGSD) membuka beasiwa bagi calon mahasiswa penghafal Al Quran (peserta program tahfidz).
Inilah kemitraan Universitas Abdurrahman Saleh Situbondo (Unars) dengan YDSF untuk mencetak sarjana pendidikan dengan lulusan hafidz Al-Qur’an. Soni pun mendaftar di jurusan PGSD dan diterima.
Saat itu Soni sudah menghafal 5 juz. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah juz yang dihafal Soni semakin meningkat. Bahkan pemuda kelahiran 5 Oktober 1997 ini kemudian diminta menjadi pembimbing tahfidz sesama mahasiswa Unars penerima besiswa. Mereka rutin membacakan atau istilahnya menyetorkan hafalan ke Soni.
Soni ini tipe pemuda yang tidak suka berpangku tangan. Di sela-sela kesibukan kuliah dan mengaji, Soni dipercaya menjadi imam shalat setiap Maghrib dan Isya di Masjid Al Furqon di Jalan Anggrek Situbondo.
Kalau sore hari sepulang kuliah, ia mengajar ngaji Mushola Al Mujahidin di Karang Asem. Saat senggang atau sedang istirahat, dia pergunakan untuk memperkuat bacaan Al Qur’annya.
Pemuda asal Desa Tembokrejo, Muncar, Banyuwangi ini sering terlibat di acara-acara Unars dan YDSF, sebagai relawan maupun dalam kepanitiaan. Di waktu waktu kosong Soni terus memperbaiki dan menambah hafalan Al-Qu’rannya.
Soni punya tekad yang besar dan cita-cita yang mulia. “Saya ingin kembali ke desa, mengabdi di sana kalau lulus nanti. Saya akan mengajar anak-anak desa saya. Supaya ilmu selama kuliah ini tidak sia-sia,” tutur bersemangat.
“Saya ingin mengembangkan pendidikan Al-Qur’an di kampung saya. Itu harapan saya jika nanti lulus nantinya,” katanya. “Yang paling utama tentu saya ingin membahagiakan orang tua. Saya juga ingin membantu menyekolahkan adik hingga pendidikan tinggi,” sambungnya.
“Saya merasa bersyukur mendapat beasiswa ini. Terima kasihnya untuk Unars dan YDSF sudah memberi kesempatan kuliah. Semoga saya bisa menyelesaikan dengan tepat waktu dan hasil yang baik,” harapnya. (laporan Sucik W.)
###
Mari bantu Soni wujudkan cita-cita mulianya ini. Donasi terbaik Anda akan membantu Soni memajukan kampung halamannya. Donasi bisa disalurkan ke Bank Syariah Indonesia nomor rekening 703.996.999.2 atas nama Yayasan Dana Sosial Al Falah. Lembaga ini berdiri sejak 1987 dan dipercaya 300 ribu donatur rutin setiap bulannya di empat provinsi.