Peran Ayah dalam Mendidik Anak | “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzab 70).
Selama ini berkembang pemahaman dan kebiasaan di tengah masyarakat kita, bahwa mendidik dan mengasuh anak adalah tugas seorang ibu. Ayah hanya membantu sekadarnya saja di rumah. Karena merasa selama ini bahwa kewajiban seorang ayah hanyalah mencari nafkah di luar rumah.
Fokus ayah dalam satu tujuan: bekerja. Maka jika anaknya merengek minta dikerjakan PR-nya, minta diselesakan tugas-tugas sekolahnya ayahnya, menyimak hafalan surat-surat pendek serta bacaan Al-Qur’an sang anak, maka sang ayah akan mengarahkan, “Sana sama ibumu, Ayah masih lembur tugas kantor.”
Kebanyakan Hanya Ibu Yang Eksis
Maka ibulah yang harus mendidik anak sepenuhnya. Mulai dari membangunkan tidur, memandikan, menyiapkan sarapan, menunggui di sekolah. Pulang sekolah terkadang membantu menyelesaikan tugas sekolah hingga menemani anak tidur. Paket komplit.
Maka dampak dari pemahaman seperti ini sangat panjang dan lebar, tampak dalam berbagai fenomena kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Perhatikan contoh fenomena berikut ini. Dan ini contoh nyata di masyarakat.
Jika ada undangan dari sekolah untuk menghadiri pertemuan wali murid, yang paling banyak datang adalah ibu-ibu. Waktu ditanya, kemana suami mereka, jawabannya: sibuk kerja. Namun ketika pertemuan dibuat pada hari libur, yang datang tetap ibu-ibu.
Pada saat acara pengambilan raport semester atau kenaikan kelas, yang paling banyak datang adalah ibu-ibu.
Ketika acara pengajian umum dengan tema Pendidikan Anak dalam Islam, yang berduyun-duyun hadir adalah ibu-ibu. Yang lebih telaten dan betah menemani anak belajar saat di rumah adalah ibu. (Baca juga: Tiga Lansia Bersaudara Disabilitas Di Bondowoso Selalu Gandengan Jualan Sapu)
Ayah Kemana Saja?
Beberapa fenomena tersebut hanyalah contoh dari adanya pemahaman tentang tugas mendidik dan mengasuh anak adalah ibu.
Lantas kemana ayah? Wahai Ayah kemanakah Anda? Di kantor terus atau ngopi di warkop sambil menikmati Wi-Fi gratis?
Padahal jika dikembalikan kepada ajaran agama, pendidikan anak adalah kewajiban bersama antara suami dan istri, atau antara ayah dengan ibu. Kedua belah pihak memiliki beban tanggung jawab yang seimbang dalam mendidik dan mengasuh anak. Karena pada dasarnya anak memerlukan sentuhan pendidikan, pembinaan, dan pengasuhan dari kedua orangtua.
Bahkan jika dicermati secara lebih dalam, legenda dan simbol pendidikan anak yang diabadikan dalam Al Qur’an dan sering menjadi kajian di berbagai majelis ilmu adalah Luqman Al Hakim. Sampai dijadikan nama surat dalam Al Qur’an, yaitu surat Luqman.
Ia potret seorang ayah. Sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu di daerah Habsyi (Afrika). Ia adalah orang shalih yang dikisahkan metode pendidikan anak, dan menjadi pelajaran penting bagi semua umat manusia beriman. Legendanya adalah Luqman, bukan istrinya Luqman. Ini menandakan peran ayah yang penting.
Maka komunikasi, dialog orangtua dengan anak dalam Al Qur’an lebih jauh lagi, Al-Qur’an mengisyaratkan pentingnya dialog ayah dengan anak, jika dihitung dari jumlah ayat tentang dialog orang tua dengan anak yang diabadikan di dalam Al Qur’an. (Baca juga: Konsisten Dagang Tanpa Utang, Penjual Anyaman Di Jember)
Penelitian tentang Pengasuhan Dalam Al-Qur’an
Sebuah studi yang dilakukan oleh Sarah binti Halil Al-Muthiri (dari Universitas Ummul Quro, Mekkah) terkait tema ini. Sarah menulis tesis berjudul Hiwar Al-Aba’ Ma’a Al-Abna Fil Qur’anil Karim wa Tathbiqatuhu At-Tarbawiyah atau Dialog Orangtua dengan Anak dalam Al-Quran Karim dan Aplikasinya dalam Pendidikan.
Sarah mencatat, Al-Qur’an memuat dialog orang tua dengan anak dalam 17 tempat yang tersebar di 9 surat. Perinciannya, dialog ayah dengan anak sebanyak 14 tempat; dialog ibu dengan anak sebanyak 2 tempat, dialog kedua orang tua dengan anak (tanpa nama) sebanyak 1 tempat. Berikut rincian detailnya.
3. Adapun dialog kedua orang tua dengan anaknya, dijumpai dalam satu tempat saja, yaitu dalam QS. Al-Ahqaf : 17 yang memuat kisah dialog kedua orang tua dengan anaknya tanpa disebut namanya.
Hal ini memberi motivasi pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Hal ini menandakan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak bukan hanya urusan ibu saja. Namun harus ada peran seimbang dari kedua orang tua.
Ayah harus menyempatkan waktu untuk banyak berdialog dengan anak-anak. Karena itu adalah bagian penting dalam proses pendidikan. Ayah tidak boleh diam dan menyerahkan semua komunikasi hanya kepada ibu.
Bahkan jika mengambil dari spirit dalam Al Qur’an tersebut, ayah dituntut untuk lebih banyak dialog dengan anak. Maka jangan diam dan pasif wahai Ayah. Karena Al-Qur’an mengajak kita untuk banyak berdiskusi dengan putra-putri kita.(Baca juga: Inspirasi dari Rumah Tahfidz di Puger Yang Berkembang Pesat)
Oleh H. Muhammad Agus Salim, S,Pd.I (Kerohanian RS Bina Sehat Jember)
Foto: pixabay