Rumus Akhlak Mulia | Kita sering mendengar dua istilah yaitu etika dan moral. Pada kesempatan ini kita ingin mencoba membicarakan dua istilah tersebut.
Dari sudut pandang pakar dunia modern, etika dipahami sebagai sikap sopan santun dan kepatutan dalam pergaulan. Etika misalnya; makan menutup mulut, tidak buang angin sembarangan, tidak buang dahak di tempat umum, dll.
Pakar dunia modern pun membagi lagi, etika dalam bekerja dan etika dalam bertamu, di antaranya; etika bekerja contohnya yaitu tepat waktu, bekerja keras, menuntaskan deadline, meningkatkan skill, mematikan lampu dan peralatan elektronik setelah selesai dipakai, dll. Itulah bagian dari rumus akhlak mulia.
Etika bertamu contohnya: tidak masuk rumah dan duduk melainkan jika sudah diizinkan oleh tuan rumah, tidak memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan sama dengan teman sebaya, dst. Orang beretika, boleh diartikan sebagai orang yang dewasa, matang, sopan dan profesional. (Baca juga: Beasiswa Mahasiswa Tahfidz AlQuran, Gandeng Univ Abdurachman Saleh)
Rumus Akhlak Mulia, Karena Moral adalah Kepekaan
Adapun moral dari sudut pandang pakar dunia modern adalah rasa, tentang kepekaan terhadap orang lain dan kebaikan hati yang tulus.
Contoh moral misalnya; tidak memamerkan kekayaan kepada orang miskin, tidak memamerkan rencana liburan keluarga kepada yang yatim-piatu, bergaya hidup sederhana, tidak bermewah-mewahan, suka berbagi dan berkurban dan peka terhadap orang lain,
Itulah moral. Itulah rumus akhlak mulia. Begitu juga dapat menempatkan orang lain lebih utama daripada diri sendiri, hal itu bagian dari moral. Orang yang bermoral adalah orang baik.
Seseorang bisa saja beretika tapi tidak bermoral. Misal; ia pekerja keras tapi suka pamer, sopan tapi suka tampil mewah, dan sebagainya.
Sebaliknya bisa saja seseorang bermoral tapi tidak beretika. Misal; hatinya baik mudah empati tapi pemalas. Dermawan tapi bahasa bicaranya urakan. Profesional dalam bekerja tapi boros dan penuh dengan kemubaziran.
Bisa juga orang tidak bermoral sekaligus tidak beretika, ini akan menjadi sampah masyarakat, yang kehadirannya tidak diharapkan. Sedangkan orang yang bermoral sekaligus beretika, maka dialah orang yang berakhlak mulia. Orang yang berakhlak mulia pastilah menjunjung tinggi moral sekaligus etika. Dan orang seperti inilah yang akan menjadi pemenang dalam kehidupan.
Patut disadari, masyarakat kita belum memandang etika dan moral sebagai sesuatu yang mahal. Dunia kita masih memandang rendah dalam hal ini. Setidaknya itu terlihat dari belum menjadi target konkrit dan utama dalam cara kita mendidik anak-anak dan generasi muda kita.
Banyak dari kita memandang tinggi penghasilan atau gaji tetapi terbiasa boros, meninggalkan ruangan dengan lampu dan AC masih hidup, makan berbunyi dan bersisa alias mubazir, dan lain-lain.
Banyak dari kita memandang tinggi sebuah piagam penghargaan tetapi mengabaikan perlunya memakai pengharum badan dan gosok gigi, sehingga memberikan suasana tidak nyaman terhadap orang yang kita temui.
Banyak dari kita memandang pentingnya tempat wisata, tetapi tidak peka dalam menyenangkan dan membahagiakan orang lain.
Tanpa disadari cara beragama kita pun terasa belum terlalu serius menjunjung tinggi moral dan etika, sehingga tema akhlak mulia, belum begitu digandrungi dalam narasi beragama. Sehingga umat belum begitu fasih mengamalkan akhlak mulia.
Rasulullah saw ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau,
“Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan” (HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246).
Kita perlu jujur bahwa kita masih sibuk pada selain taqwa dan akhlak mulia. Kita hanya berkutat pada ritual saja. Tapi kita kerap menyepelekan etika dan moral. Inilah barangkali bahkan yang menjadi sebab utama kekalahan umat Islam hari ini.
Baca juga: Gerobak Gratis Jualan Keripik Untuk Usaha Keluarga di Jember
Akhlak Mulia Adalah Kunci Kejayaan Umat
Hanya dengan akhlak mulia dan pelaksanaan Islam secara kaffah (menyeluruh, tidak sepotong-potong), Islam akan bangkit. Hanya dengan meneladani Rasulullah dalam beribadah, berperilaku dan menjalani hidup, umat Islam akan keluar dari keterpurukan, menuju hidup yang penuh berkah.
Dan Rasulullah saw adalah manusia paling beretika dan bermoral, yang keluhuran akhlaknya diakui oleh Allah swt. “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur(QS. Al-Qalam 4).
Pada akhirnya, mari kita terus saling mengingatkan dan menguatkan, untuk menjunjung tinggi akhlak mulia, selain hal itu menjadi misi utama diutusnya Muhammad rasulullah saw.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Ia juga menjadi kunci kejayaan umat baik di dunia maupun di akhirat. Dan sungguh betapa akhlakul karimah itu sangat berat timbangannya di sisi Allah SWT.
Mudah-mudahan umat Islam diberi kemampuan dan menjadi motor penggerak utama dalam penegakan etika dan moral dalam kehidupan di dunia ini. Aamiin ya mujibas sailin.
Oleh Drs. H. Suryono (KMPZis Al Falah Jember)
Foto: pixabay