Rumus Hidup Mudah

08-10-2022

Seorang arif berkata, “Jika kita bingung tatkala hendak memutuskan sesuatu, ambillah keputusan yang paling jujur.”

Itu adalah tips dalam mengambil keputusan, khususnya dalam aspek yang diwajibkan banyak mengambil keputusan, seperti memimpin, mengelola perusahaan/komunitas, maupun dalam kehidupan. 
 

Pilih Yang Paling Jujur


Lebih jauh lagi dijelaskan, apa maksud keputusan yang paling jujur? Maksudnya adalah tidak dipaksakan, mungkin contoh kecilnya adalah tidak memulai bisnis dengan modal utang yang besar, dari bank pula, dan kita sendiri tidak punya pengalaman/pengetahuan banyak tentang bisnis tersebut. 

Itu maksudnya mengambil keputusan yang jujur, tidak dipaksakan, kalau dalam bahasa inggrisnya: "Don't bite off more than you could chew." Artinya jangan menggigit sesuatu yang lebih besar dari mulut kita. Intinya jangan memaksakan diri. 

Warren Buffett sebagai salah seorang terkaya di dunia pun selalu menasihatkan demikian: “Berinvestasilah dengan apa yang kamu miliki, dan jauhkan dirimu dari pinjaman bank.” Lebih lengkapnya kita bisa cek sendiri di internet. Ini berlaku dalam berbagai aspek, bukan hanya dalam hal keuangan.

Akhlak Islam itu tidak ingin menyakiti orang lain, maka hendaknya kita menghitung kemampuan kita sebelum menerima/menjalani sesuatu. Sebelum berbisnis pastikan kita mampu berkomitmen. 

Sebelum menerima tanggung jawab, pastikan kita mampu. Sebelum menikahi seseorang, pastikan kita bertanggung jawab. Bahkan sebelum membuat sebuah peraturan pun, pastikan peraturan tersebut dapat/mampu ditegakkan. Banyak orang tergoda membuat aturan yang luar biasa hebat tapi ujung-ujungnya tidak mampu dikerjakan.

Seorang guru sufi sering mengatakan, ”Jangan buat peraturan yang kita perkirakan pasti dilanggar semua orang.” Itu sebabnya beliau sangat berhati-hati dan perlahan-lahan dalam menegakkan aturan. 

Karena beliau menimbang kemampuan masyarakat dalam menjalani aturan/etika, sederhananya. Beliau tidak menyukai memaksakan sesuatu dan memilih untuk mengambil keputusan jujur. 

Beliau juga mengatakan, “Hidup yang paling bagus adalah hidup yang mengalir.” Mengalir maksudnya bukan berpangku tangan, tidak berbuat apa-apa menunggu keajaiban. Mengalir maksudnya adalah tidak memaksakan, sambil terus memberikan yang terbaik dari diri kita.

Dalam hidup sekarang, sepertinya banyak orang yang beranggapan sebaliknya. Dalam bahasa Inggris seseorang berkata Someone once told me not to bite off more than I could chew, I'd say I'd rather choke on greatness than nibble on mediocrity. 

Artinya: aku dinasihatkan untuk tidak menggigit melebihi kemampuanku, menurutku sih lebih bagus tersedak/sesak dengan kehebatan daripada mampu tapi biasa-biasa saja. 
Kalau kita lihat, akibat dari ungkapan dan keyakinan sejenis inilah, banyak orang berakhir di penjara, hidup dalam pelarian, dicari-cari penagih utang, dan seterusnya. Sebenarnya, meniadakan masalah itu sangat sederhana, jangan memaksakan. Atau istilah Jawanya "Jangan ngoyo." 

Ambillah keputusan yang paling jujur, mengalir saja. Sekali lagi kita tegaskan, mengalir maksudnya bukan menjadi pemalas atau tidak bekerja.  Atau malah, "Keasyikan berdoa tapi tidak berusaha.” 

Mengalir maksudnya adalah terus memberi yang dia mampu, terus berikhtiar, terus berdoa dan berserah diri tapi tidak ngoyo, atau tidak memaksakan sesuatu. 

Mengalir maksudnya adalah: jangan malu dengan aktivitas sekecil apapun. Walaupun hanya membersihkan masjid atau berjualan koran. Yang penting adalah kita tidak tangan di bawah, tidak menyakiti orang lain, tidak meninggalkan shalat, tidak menipu, tidak menjadi beban orang lain. (Baca juga: Sukses dari Pupuk Organik Mulai dari Nol)


Mengapa Rezeki Terasa Sulit?
 

Mengalir maksudnya adalah, jangan silau dengan gaya hidup orang lain, hiduplah di bawah kemampuan kita. Jangan makan di tempat makan yang tidak mampu kita bayar. Jangan tergoda untuk membeli sesuatu yang orang lain beli.

Jikalau semua orang konsisten mengalir dalam pengertian ini, kita bisa memperkirakan pada waktunya rezekinya. Konkritnya perekonomiannya akan meningkat dengan sendirinya. Bukan kah Tuhan sudah menjamin rezeki, jodoh, dan maut? 

Mungkin Tuhan sebenarnya ingin memberi kita rezeki, tapi Dia tahan Tangan-Nya karena akhlak buruk kita. Karena kita menyakiti orang lain. Karena gaya hidup kita, karena kemalasan kita atau karena kita memaksakan diri. (Baca juga: Inspirasi dari Rumah Tahfidz di Puger Yang Berkembang Pesat)

Oleh Suryono, KMPZis Al Falah Jember

Foto: pixabay